Rabu, 11 Maret 2015

Cerpen: Tentang Dia (part II)

Pernah suatu ketika saat dalam perjalanan menggunakan kereta menuju ke Jogja, aku bertemu sosok wanita misterius yang cantik jelita dengan balutan jilbab merah muda dengan setelan celana panjang berbahan jeans berwarna hitam dan serba terlihat sederhana namun aku sukaaaaa.... Kala itu kukenal namanya Vanda. Ya... nama itu selalu terngiang dalam benakku bahkan sampai terbawa mimpi olehku, bahkan aroma wangi tubuhnya pun masih menempel dihidungku hehehe... Maklum Aku SUKAAA....

Paras cantik wajahnya kala itu, masih teringat jelas olehku. Dan perpisahan di stasiun pun dengannya yang belum sempat kuminta nomor telponnya pun masih terasa penyesalannya, maklum lagi dan lagi aku suka... hehe

Mungkin benar kata orang jika jodoh ga kemana, buktinya setelah sekian lama tak bertemu, aku menemui kembali wanita yang pernah kujumpai di stasiun yang memiliki senyum manis bak teh manis hangat yang ku sruput saban sore. Kali ini ku temui lagi Ia di stasiun kereta, ahhh... ini seperti sinetron, ucapku dalam hati. Walau kulihat dari kejauhan, namun aku yakini bahwa itu memang Vanda, wanita cantik yang kukenal kala perjalanan menuju Jogja.....

Dorrr..... sambil mengumpulkan nyali menegur dan mendekatinya, aku membayangkan apa yang akan diresponnya saat aku menyapanya nanti, pikiran-pikiran tak karuan pun menghinggapi kepalaku yang semakin membuat ciut nyaliku yang dasarnya aku memang seorang penakut jika berhadapan dengan wanita.

Sembari mengangkat ranselku, aku pun akhirnya beranikan diri untuk mendekat walau perasaan hati tak karuan.. Detak jantung pun terasa cepat sekali dan bahkan darah-darah yang mengalir di tubuhku serasa langsung hilang... Duuuaarrr.... ahhh tidaaaakkkk... dia menoleh kearahku sembari melemparkan senyuman khasnya yang hampir mematikan detak jantungku seketika........... ahhhh Akuuuu suka, ujarku dalam hati....

Setelah beberapa langkah akhirnya kuhentikan langkahku, karena kuyakini senyumnya tidak mengarah kepadaku, dan akhirnya ku menoleh kearah belakangku... Dan benar saja, sesosok lelaki dari kejauhan berlari sambil melambaikan tangan kearahnya. Duhhhh bodohnya aku sudah mati kaku melihat senyumnya.

Sambil memantaunya dari jarak tidak begitu jauh aku terus melirik kearahnya menunggu momen yang tepat untuk menghampirinya. Selang beberapa menit, sosok lelaki itu meninggalkan dia, entah kemana tapi akhirnya nyaliku kembali membara. Dengan perasaan tak karuan, aku pun mendekatinya dengan gayaku yang rada kaku dan grogi.

"Hai.... Vanda ya?," ucapku sembari merasakan getaran yang dahsyat di badanku. Dan Ia pun menolehku dengan wajah heran, sambil mengenakan kacamata yang terselip di saku kemeja kotak-kotak berwarna biru hitamnya, Ia pun membalas sapaanku, "Heiii... Iyaa. Kamu?? hmmm...," dengan suara manja dan muka herannya, lalu aku membalasnya "Aku Egi," singkatku.

Duhhh... Ini tidak seperti di sinetron yang mudah mengungkapkannya loh.... "Hmmm... Egi? Egi mana ya?," ucapnya dengan muka heran sesekali merapikan tas ransel cokelatnya yang agak terlihat berat. "Egi yang waktu itu ketemu di kereta ke Jogja, masih ingat?," terangku kepadanya dengan keringat mengucur dari kepalaku....

Entah mempersingkat atau memang masih ingat dia pun tertawa sambil mengatakan "Ooooo Egi...." ucapnya sembari terdiam beberapa saat "Yaaa... yaa... Egi yang waktu itu duduk disebelahku ya, yang kita mengobrol sepanjang jalan hahahaha," sambungnya.... Daaaarrrrrrr senangnya bukan main dia masih mengingatku walau sudah lumayan lama tak berjumpa bahkan aku pun tak sempat menanyakan nomor teleponnya waktu itu.

Dan akhirnya setelah Ia berhasil mengingatku, perasaan tak karuanku pun perlahan hilang. Sembari mengobrol dan canda tawa akhirnya sosok lelaki yang tadi bersama dia sebelumnya datang kembali menghampirinya membawa tiket kereta. Dengan wajah heran si lelaki pun menanyakan sembari berbisik kepada Vanda. Vanda pun mengenalkan sosok lelaki yang kubilang lebih ganteng dariku (merendah ceritanya) "Gi... kenalin kakak aku nih," ucapnya sembari menunjuk sosok lelaki itu.

"Oyaa bang... Gw Egi temannya Vanda," ucapku sembari menjulurkan tangan kananku. Dan lelaki itu pun membalas sapaanku juga menyodorkan tangan kanannya, "Gw Beni," katanya.

"Lo mau ke Jogja juga?," sambung lelaki yang berperawakan tinggi besar. "Iya bang, gw ke Jogja juga," ucapku. "Oh kalau gitu gw titip adik gw ya, dia sendirian soalnya," terang si lelaki yang dibilang kakaknya. Dan dengan gaya lelaki sejati aku pun menjawab "Siap bang."

Tak lama setelah berkenalan denganku, lelaki yang bernama Beni itupun akhirnya meninggalkan aku dan Vanda. Dan aku pun kembali melanjutkan obrolanku dengan dia, "Eh kamu mau ke Jogja toh? kok bisa barengan ya hehe," Vanda pun menimpali pertanyaanku "Iyaa yaa kok bisa bareng, keretanya sama lagi ya," sambil menyocokkan tiket keretanya.

Tak berselang lama, akhirnya kita pun masuk ke kereta yang sama. Dan aku pun berinisiatif untuk mencoba duduk di gerbong dan bangku yang sama serta membawakan tas ransel cokelatnya yang kupikir mengurangi beban bawaannya dan berharap kursi yang disebelah si dia mau untuk ditukar. Duuuuaaaarrr... Memang Tuhan Maha Baik, mengabulkan doaku seperti kala pertama kali aku bertemu dengannya, orang yang duduk di sebelah dia pun mengiyakan permintaanku untuk bertukar tempat duduk walau gerbong nya rada jauh loh.. hehehee...

Akhirnya aku dan dia pun duduk bersebelahan di kereta itu, dan kereta itu pun menjadi saksi keakraban kita selama perjalanan di Jogja. Oya.... kali ini aku sebelum lupa dan menyesal, aku pun meminta nomor teleponnya, ya itung-itung untuk menjaga silahturahmi hehe... Dan dia pun memberikan nomornya kepadaku.

Duhhh.... sungguh hari itu terasa menyenangkan dan tak tergambarkan dengan kata-kata. Wanita misterius yang kali ini dibalut dengan jilbab berwarna biru tua dan berbaju kotak-kotak biru hitam dengan padu padan jeans birunya akhirnya bisa kutemukan kembali.

Pagi harinya setelah sampai di Stasiun Tugu, Jogja kembali kami pijakkan kaki di kota Pelajar namun kali ini perpisahan kami tidak sampai di stasiun saja, namun aku mengantarkannya sampai ketempat tujuannya yaitu rumah Pakde-nya. Berhubung amanah yang diberikan oleh kakak nya di stasiun sebelum berangkat jadi aku harus penuhi, aku pun menemani dia sampai tujuan dengan menggunakan becak maklum tidak begitu jauh dari stasiun, rumah Pakde-nya. Dan rona bahagia terpancar dari wajahnya dan suara lembut yang menusuk relung hatiku.

"Eh Gi makasih ya sudah nemenin aku dan nganterin aku sampai rumah Pakde ku hehee," tuturnya dengan suara merdu yang menggetarkan hatiku. "Hehe iyaa sama-sama, aku juga makasih loh," balasku.

Setelah bertemu sebentar dengan Pakde-nya, aku pun pamit untuk kembali melanjutkan perjalananku menuju kerumah orang tuaku yang terbilang agak jauh. Dan perpisahan kali ini dengan si Vanda 'Gadis Misterius' pun berakhir tanpa penyesalan.....

*******

DenChito